soft skill
Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan personal,
yaitu ketrampilan khusus yang bersifat non-teknis, tidak berwujud, dan
kepribadian yang menentukan kekuatan seseorang sebagai pemimpin, pendengar yang
baik. dan softskill juga dapat diartikan sebagai kemampuan yang ada pada dalam
diri kita sendiri, seperti kemampuan kita berkomunikasi, mendengar dan memahami
suatu persoalan dan memecahkanya.
Dengan mengulas pengertian dari sofskill kita dapat
mengetahui betapa pentingnya softskill pada diri kita karena dengan adanya
softskill yang kuat melekat pada diri kita, kita dapat menjalani hidup ini
dengan mudah apa bila softskill kita kuat dan ditambah kemampuan kita atau
skiil yang kita miliki maka semua permasalahan akan selesai. jadi betapa
pentingnya softskill.
Soft skills didefinisikan sebagai ”Personal and interpesonal
behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team
building, initiative, decision making etc.) Soft skills does not include technical
skills such as financial, computing and assembly skills “. (Berthal).
Softskills adalah ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
(termasuk dengan dirinya sendiri). Atribut soft skills, dengan demikian
meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.
Atribut softskills ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan
bersikap. Namun, atribut ini dapat berubah jika yang bersangkutan mau
merubahnya dengan cara berlatih membiasakan diri dengan hal-hal yang baru.
Penulis buku-buku serial manajemen diri, Aribowo, membagi
soft skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills
dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang
dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih
dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain. Adapun
Interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam
berhubungan dengan orang lain. Dua jenis keterampilan tersebut dirinci sebagai
berikut :
Intrapersonal Skill
• Transforming Character
• Transforming Beliefs
• Change management
• Stress management
• Time management
• Creative thinking processes
• Goal setting & life purpose
• Accelerated learning techniques
Interpersonal Skill
• Communication skills
• Relationship building
• Motivation skills
• Leadership skills
• Self-marketing skills
• Negotiation skills
• Presentation skills
• Public speaking skills
Mengingat pentingya soft skill dalam upaya membentuk
karakter seseorang, maka strategi pembelajaran yang bisa dikembangkan adalah
dengan mengoptimalkan interaksi dengan teman, guru, dosen maupun rekan kerja.
Disamping itu perlu juga kreativitas untuk mampu memancing sesorang untuk
terlibat secara aktif, baik fisik, mental, sosial dan emosional. Dengan
demikian bila hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh seseorang maka akan terbawa
nantinya bila mereka terjun di dunia kerja dan di masyarakat.
kemampuan softskill seperti leadership, strategic thingking
dan public speaking.
Cara Mengasah Softskill
Soft skill menjadi kemampuan yang mutlak diperlukan di dunia
kerja. Para praktisi perusahaan memahami bahwa soft skill memiliki pengaruh
besar terhadap kinerja seseorang. Bisa saja orang tersebut sangat pandai dalam
rumus atau hitungan matematis, namun ketika diajak untuk bekerja dalam tim, ia
tidak mampu menelurkan idenya.
Penguasaan soft skill tidak dapat diperoleh secara instan.
Menurut Galuh Setia Winayu, Supervisor Training & Counseling ECC UGM, soft
skill hendaknya dilatih secara bertahap sejak dini. “Pendidikan di Indonesia
menurut saya justru mendorong anak-anaknya untuk patuh, tidak kritis dan membunuh
kreativitas mereka. Hal ini menyebabkan banyak jobseeker yang akhirnya
cenderung pasif dan kurang inisiatif,” ungkapnya.
Sama halnya dengan Galuh, Daniel Christiananda, HR
Recruitment and Training PT Gameloft Indonesia, kemampuan soft skill idealnya
dilatih melalui hal-hal sederhana. “Dalam anggota keluarga misalnya, seorang
anak bisa dilatih untuk bersikap sopan, berlatih untuk mengambil keputusan dan
mempertanggungjawabkannya,” jelas Daniel.
Namun, apakah
terlambat jika Anda ingin melatih kemampuan soft skill saat ini? Lebih baik
terlambat daripada tidak sama sekali. Berikut tiga cara bagaimana melatih soft
skill.
1. Berani jadi
pemimpin di organisasi
Dalam mengikuti sebuah organisasi hendaknya jangan hanya
menjadi follower, berani mengambil inisiatif untuk menjadi pemimpin dan
mengoordinasi pekerjaan. Hal ini akan membuat Anda mampu berkoordinasi dengan
baik, mengenal sistem birokrasi, dan memiliki solusi tepat dalam memecahkan
masalah.
2. Mengikuti Outbound
Banyak jenis outbound yang mengandalkan kerjasama tim
ataupun daya pikir personal. Outbound games menuntut pesertanya untuk kreatif
karena membutuhkan daya juang tinggi dalam menyelesaikan tiap tantangan. Tidak
ada sistem reward maupun punishment, dalam outbound mereka diharapkan mampu mengambil
filosofi di balik permainan yang dilakukan.
3. Teori dan praktik
yang dirangkum dalam pelatihan soft skill
Training bukanlah shortcut bagi Anda untuk menguasai soft
skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Namun dengan training, Anda diharapkan
mampu untuk menguasai materi dan mengaplikasikannya secara spesifik. Dari
berbagai macam contoh yang diberikan, Anda diharapkan mampu mengambil pelajaran
lebih jauh. Tidak jarang, dalam training terdapat games yang melatih kekompakan
dan kreativitas. Melalui soft skill training, Anda bisa belajar banyak secara
lebih intens dengan trainer maupun peserta lain tentang permasalahan yang
pernah Anda hadapi.
Ada beragam manfaat yang dapat diperoleh ketika kita mampu
menguasai soft skill. Misalnya, dapat menjadi atribut kualitas jasa, mampu
menjadi individu mandiri, membangun karakter dan kepribadian yang berkualitas,
dapat bersosialisasi dalam tim, menumbuhkan kepekaan wawasan pemikiran dan
membentuk jiwa kritis.
Pada akhirnya, semua kembali pada motivasi dan usaha yang
Anda miliki. Berbagai upaya di atas hanyalah jalan untuk memfasilitasi Anda
mendapatkan hasil optimal. Seperti apa yang ditulis Katherine Hepburn: “If you
have to support yourself, you had bloody well better find some way that is
going to be interesting.”
Antara Hard Skill dan
Soft Skill
Mengapa ?
Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul
adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga
piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa
berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri
dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya
ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.
Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih
memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa
dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa
besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat
bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur
soft skillnya.
Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill
tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah
kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan
muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya,
tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus
melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja
hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.
Apa ?
Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan
dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional
(emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar
kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua
kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup
: self awareness (self confident, self assessment, trait & preference,
emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust,
worthiness, time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan
interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing
others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill
(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team
work, synergy)
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan
akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat
pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan
yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog
melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun
tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan
‘the right person in the right place’.
Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya
kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi
karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini
sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk.
Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang
juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi,
dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi
karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih
baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan
ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian
muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.
Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor
penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya
lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.
Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata
bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan
diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang
tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.
Bagaimana ?
Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan
bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan
adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar
sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik
tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.
Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai
masalah yang berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi
lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia
harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial
seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting
baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola
berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan
emosionalnya diuji.
Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang
melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun
demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan
ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft
skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa
diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun
seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft
skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.
refrensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar